Kehidupanku dengan wajah dan tubuhku yang cacat ini akan ku teruskan. Teman-teman sudah menjauhkan diri. Aku sedar inilah hukuman yang setimpal dengan dosaku terhadap ibu yang aku rindukan. Andaikan sahaja waktu dapat diputar. Aku pasti berubah. Bagaimanapun, itu tidak mungkin terjadi.
Semua itu bermula ketika kehidupan keluargaku sangatlah susah. Ayahku sudah meninggal dan ibuku harus membanting tulang menjual pisang hasil tanamannya untuk menghidupkan keluarga.
kehidupanku disekolah adalah yang paling bahagia. Terbilang nakal, aku sering berlalri-lari bermain dengan teman-teman sekolah dan suatu hari aku terjatuh dan melukai tangan kananku yang bekasnya tidak hilang. Aku suka bersekolah tetapi
kerana terbatasnya biaya, aku diberhentikan dari sekolah dan membantu ibu menanam pohon pisang.
Hari demi hari telah berlalu semenjak pindidikan ku diberhentikan. Aku menjadi risau atas kesehatan ibu yang makin lama makin memburuk. keadaan ini mendesak aku untuk bekerja. Saya memutuskan untuk merantau ke Indonesia. Sempat ibu tidak setuju kerana dia akan kehilangan anak sulungnya. Tetapi, melihat kemauanku yang keras, ibu merelakan aku untuk bekerja.
Malam sebelum meninggalkan keluarga. aku tidak bisa tidur. Aku terus memboolak balikan tubuh memikirkan pekerjaan yang aku bisa ambil disana. Selain itu aku juga sangat berat hati mininggalkan keluarga.
Matahari pun terbit dan ayam pun berkokok. Aku dan ibu terbangun. aku segera mandi, bersiap-siap dan pergi ke pelabuhan. ibuku juga hadir mengantarku.
Setiba disana, aku langsung naik ke kapal yang ramai dipenuhi orang-orang senasib denganku.
Sirine pun di bunyikan tanda kapal hendak berlayar. saatnya sudah tiba untuk mengucapkan selamat tinggal terhadap ibu tercinta. Air mata mulai berjatuhan. Bagaimana pun, ini sudah jalan yang aku pilih. Aku harus tegar menghadapinya. Aku melambaikan tangan kepada ibu sampai dia tidak terlihat lagi.
Akhirnya, aku sampai ke pelabuhan Sunda kelapa. disana sangatlah ramai. ada perantau, pedagang, nelayan dan lain-lain. Selain itu aku melihat seorang wanita cantik memakai pakaian seperti anak sultan. Tak disangka-sangka, dia menoleh ke arahku. Kami sempat menyapa satu sama lain tetapi, pengawal yang menjaganya melihatku dengan tatapan yang mengerikan sehingga aku bertolak kebelakang.
Aku melanjutkan perjalananku. Aku sampai ke sebuah istana megah dan mencoba untuk mendapatkan pekerjaan. Dengan senang hati, sang sultan memperbolehkan aku bekerja sebagai pelayan istana. Dengan gembiranya, aku menulis surat untuk ibu mengabari tentang hal ini.
Ternyata, sang wanita yang aku temui adalah anak sang raja. Dia bernama Delly. aku melayaninya dari menyiapkan makanan, membereskan baju dan lain-lain. hari demi hari sudah berlalu. Dan Delly ternyata jatuh cinta kepada saya dan saya pun juga cinta dengannya. Kami pun menjenjang perkawinan mewah disana. Hidup didalam rumah megah dan berlimpangan harta, aku menjadi sangat sombong dan melupakkan ibu.
Kabar ini sampai ke desa ibuku dan ibu sangatlah bahagia atas kejayaanku. Dia sangat mengharapkan kehadiranku.
Suatu ketika, aku dan istriku melakukan pelayaran ke sekeliling dunia. Dijaga dengan banyak pengawal, kapal ini berlayar dengan lancarnya sampai ke sebuah desa. Desa tersebut terlihat tak asing bagiku.
Tiba-tiba, datang seorang ibu tua yang berpakaian kotor ke arahku dan langsung memelukku. Dia mengenaliku kerana bekas luka ditanganku. Aku mengetahui itu ibuku tetapi aku malu jika istriku mengetahui hal itu. Aku langsung mendorong ibu dan dia terjatuh. Aku juga menyuruh pengawal untuk mencegatnya untuk menghampiriku. Ibu menjadi marah. Dia tidak menyangka aku akan melakukkan hal ini. Dengan angkuhnya, aku melanjutkan perjalananku menyelusuri pulau itu.
Tiba-tiba, dari arah kananku, keluar seekor harimau menerkamku. Kakiku digigit olehnya dan henyap begitu sahaja. Untungnya, Pengawal-pengawalku langsung membunuh harimau tersebut. rasa sakit ini tidak dapat diukir dan aku tidak dapat berkata apapun. Ini adalah akibat perbuatanku terhadap ibu. Ini adalah karma. Pelajaran yang tak pernahku lupakan. Kejadian ini menyebabkanku cacat dan istriku meninggalkan ku kerana kondisiku yang sangat buruk. aku pun tidak dapat melakukan apa pun, hanya berdiam di tepi jalan berharap agar ada yang memberi wang atao makanan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan